Image generated by TextSpace.net, hosted on ImageShack.us

Selasa, 12 Agustus 2008

Siapa Takut


 Dalam sehari, berapa sering kita merasa takut akan berbagai hal yang terjadi di sekitar kita? Kadang-kadang, sering, atau malah terlalu sering? Yap, kadarnya memang bervariasi. Sebagai makhluk yang memiliki emosi, kita memang “dibekali” Sang Pencipta dengan rasa takut. Hal ini wajar dan malah harus selalu ada. Tapi kenapa sih, rasa takut itu penting banget untuk diri kita? Yuk, mari kita bahas!

Semua orang “harus” takut
 Rasa takut sebenarnya adalah respon emosi kita terhadap suatu ancaman atau bahaya. Pada rasa takut, ancamannya itu sudah ada di depan mata. Misalnya, cowok kita sudah meng-ultimatum, “Kayaknya kita mendingan putus aja, deh.” Nah, kalau saat itu kita merasakan respon fisik, seperti deg-degan atau nangis, maka kita sedang merasa takut putus pacaran. Takut kehilangan seseorang yang kita sayang.
 Dan rasa takut ini penting banget untuk dimiliki, karena rasa takut sebenarnya adalah alarm untuk mengaktifkan sistem pertahanan diri kita. Dengan kata lain, rasa takut ini didesain agar manusia bisa selamat dari situasi yang berbahaya. Makanya, seorang prajurit paling jago sekalipun harus tetap memiliki sensitivitas terhadap rasa takut. Dengan begitu, saat muncul tekanan dari lawan, radar rasa takut itu bisa memberi isyarat agar mereka segera melindungi diri.

Gimana bisa takut?
 Rasa takut itu biasanya diproses oleh salah satu bagian dari otak kita, yang biasa disebut amygdala. Ketika organ-organ fisik kita menangkap stimulus eksternal yang dianggap berbahaya, maka organ-organ tersebut akan menyampaikan informasi mengenai dunia luar tersebut pada amygdala, yang kemudian menentukan respon emosional apa yang akan dimunculkan. Misalnya, menggigil, deg-degan, atau perubahan dalam kerja organ-organ tubuh lainnya.
  Respon seperti ini biasa disebut respon “fight or flight” alias “lawan atau kabur”. Ini sebenarnya merupakan cara tubuh menyiapkan diri, antara melawan situasi yang membahayakan itu atau berlari secepat mungkin. Tubuh akan berada dalam situasi ini selama beberapa saat, sampai otak menerima informasi yang detil mengenai keadaan yang sebenarnya. Kalau berbahaya, otak akan menyimpulkan tindakan apa yang harus dipilih, misalnya dengan melompat ke trotoar saat kita nyaris ditabrak mobil. Namun, kalau ternyata keadaannya baik-baik saja, “tombol fight or flight” ini akan dimatikan.
 
Takut bisa dikendalikan?
 Jadi sudah jelas kan kalau takut itu merupakan suatu hal yang sangat manusiawi? Nah, persoalannya, gimana cara mengendalikan rasa takut itu? Coba, deh cara-cara ini:
- Tenang, Bos!
 etika kita sedang takut dan tubuh mengaktifkan “tombol fight or flight”, banyak orang yang menjadi panik secara berlebihan. Perilakunya pun jadi nggak wajar dan justru bikin situasi malah tambah berbahaya bagi tubuh kita. Jadi ketika sedang ketakutan, cobalah untuk tenang.
- Pikir positif
Terkadang saat sedang ketakutan, kita justru mengucapkan kalimat-kalimat negatif kepada diri kita sendiri. Misalnya, “Aduh, tamat deh riwayat gue”, “Pasti gue nggak berhasil, deh”. Jadi cobalah berpikir lebih positif, misalnya dengan mengatakan, “Gue pasti bisa menghadapi masalah ini dengan baik” atau “I will survive”. Tanpa disadari, otak kita nantinya juga akan mengusahakan pikiran-pikiran positif itu untuk menjadi nyata!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar